Selasa, 08 Maret 2016

Perjuangan 20

Hidup adalah perjuangan.Begitulah kalimat yang selalu ku tanamkan,tancapkan dan benamkan dalam mengarungi roda kehidupa ini yang terkadang berada diatas dan seketika berada di bawah.Seperti itulah perjalanan Si anak nagari ini dalam mencari jati diri dan kesuksesan dalam rangka membangun Ranah tercinta,Arif Mansyah itulah namanya.
            Arif Mansyah lahir pada 07 – Juli – 1996 di sebuah desa yang jauh dari keramaaian yang masyarakatnya terkenal dengan  tradisi merantau  nya yaitu Koto bangko.Pada tanggal itulah perjuangan Putra pertama dari Pasangan Bpk.Bustami dan Ibu.Zuriatin memulai perjuangan  hidupnya di dunia.Dengan penuh kebahagian dan rasa syukur kepada Allah SWT terpancar indah di wajah Ayah dan ibu melihat Anak pertamanya sudah lahir kedunia dengan keadaan sehat dan normal.Perjuangan Ayah dan ibu merawat diriku ketika dalam kandungan dengan memberikan asupan – asupan gizi dan doa kepada Allah Swt  terbayar sudah ketika mendengar suara tangisan Si buruak ibu yang menggelegar di ruangan persalinan itu.
            Perjalanan hidupku sangatlah indah yang penuh dengan warna – warni kehidupanku mulai dari lahir ke-dunia sampai saat ini.Begitu banyak cerita sukma dalam perjalananku selama ini,kali ini aku akan bercerita tentang awal perjuangan ku bersama keluarga tercinta ketika Arif mansyah masih dalam keadaan tubuh yang masih merah.
            Suatu kebahagian yang tak terhingga di rasakan oleh kedua orang tua ku melihat anak pertamanya yang ganteng tersenyum indah ketika melihat ayah dan ibu yang saling mendekati diriku dan menciumi pipiku sampai aku tertawa kecil.Sebagai seorang yang baru lahir ke-dunia ini,aku tidak mengetahui bagaiman pengorbanan kedua orang tua ku dalam merawatku mulai dari beli susu untuk gizi sang pangeran kecilnya ini,beli baju agar aku tidak kedinginan saat di malam hari,bahkan membelikan mainan yang sangat menarik agar aku tidak mengganggu saat ibu atau ayah bekerja dan menghadapi masalah tempat aku di teduhkan dari hujan dan panas matahari.
            Saat usia ku sudah menanjak 20 hari,ayah dan ibu mendapatkan tarbiyah hidup  untuk membesarkan ku,Karena ayah dan ibu belum memiliki rumah maka kedua orang tua ku masih tinggal di rumah tempat resepsi pernikahan 2 tahun sebelum aku lahir.Waktu itu ayah baru pulang kerja dari pekanbaru langsung menghampiriku yang sedang bermesraan dengan ibu ku diatas tempat tidurku.
Haaaa,Ayah pulang nak,gimana kabarmu sayang ? ayah baru pulang bawa uang ini buat beli susu dan gizi untukmu nak “ Ujar ayah ku
Lalu ibuku menjawab” Alhamdulillah anak kita sehat da,dan perkembanganya semakin hari baik da!!! “
Disaat sedang bahagianya kedua orang tua ku melihat kelakuan ku yang menggemaskan,lalu dari kamar sebelah terdengar lah percakapan yang membuat suasana seketika buram.Percakapan itu terdengar nyaring di telinga kedua orang tua ku.
“ Kita dulu kalau udah menikah dan punya anak biasanya udah punya rumah sendiri” ujarnya.
Ayah dan ibu seketika terdiam sambil mengusap kepalaku yang masih lunak dan belum di tumbuhi rambut.Tak disangka wajah mungil sudah basah oleh air mata kedua orang tua ku.Sambil menangis ibuku berdoa kepada Allah SWT agar aku menjadi anak yang berguna bagi agama,nusa,dan bangsa di masa nan akan datang.Lalu ayah ku menghapus air mata ibu  di wajah ku.Setelah mendengar percakapan itu,ayah dan ibu memberanikan diri untuk mencari rumah kontrakan untuk hidup mandiri walaupun uang tidak mencukupi yang mengharuskan orang tua ku mencari pinjaman kesana – kemari.Dengan perasaan yang berkecimuk ayah pergi ke Durian Ajuang untuak mencari rumah kontrakan dan ibu terus menangis di kamar sambil memeluk dan mengusap wajahku,sedangkan aku hanya diam yang gak tau dan mengerti apa yang dirasakan kedua orang  tua ku.Sudah berapa lama Ayah mencari rumah tersebut,namun tidak membuahkan hasil dan ayah memutuskan untuk balik pulang ke rumah.Setelah sampai di rumah,ayah langsung menceritakan kepada ibu bahwasanya tidak ada rumah yang di kontrakan.Saat itu juga ibu pergi keluar untuk menemui umi dan menceritakannya kepada umi tentang masalah itu,akhirnya  umi  menyuruh ibu untuk tinggal di rumahnya karena ada kamar 1 yang kosong,dengan semangatnya ibu pergi ke rumah untuk menjemput ayah dan aku ke rumah dan membawa pakaian dari rumah tersebut untuk hidup menumpang saat usia baru 20 hari di dunia ini.Saat itu aku hidup menumpang di rumah umi.
            Itulah awal dari perjuanganku ketika lahir kedunia ini yang penuh dengan cucuran air mata dari orang tua ku.Aku akan berusaha untuk membuat ayah,ibu,dan kelurga ku tersenyum dengan cara ku sendiri untuk membahagiakan mereka.


           


           

            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar