Hidup adalah perjuangan.Begitulah kalimat yang selalu ku
tanamkan,tancapkan dan benamkan dalam mengarungi roda kehidupa ini yang
terkadang berada diatas dan seketika berada di bawah.Seperti itulah perjalanan
Si anak nagari ini dalam mencari jati diri dan kesuksesan dalam rangka
membangun Ranah tercinta,Arif Mansyah itulah namanya.
Arif Mansyah lahir pada 07 – Juli –
1996 di sebuah desa yang jauh dari keramaaian yang masyarakatnya terkenal
dengan tradisi merantau nya yaitu Koto bangko.Pada tanggal itulah
perjuangan Putra pertama dari Pasangan Bpk.Bustami dan Ibu.Zuriatin memulai
perjuangan hidupnya di dunia.Dengan
penuh kebahagian dan rasa syukur kepada Allah SWT terpancar indah di wajah Ayah
dan ibu melihat Anak pertamanya sudah lahir kedunia dengan keadaan sehat dan
normal.Perjuangan Ayah dan ibu merawat diriku ketika dalam kandungan dengan
memberikan asupan – asupan gizi dan doa kepada Allah Swt terbayar sudah ketika mendengar suara tangisan
Si buruak ibu yang menggelegar di ruangan persalinan itu.
Perjalanan hidupku sangatlah indah
yang penuh dengan warna – warni kehidupanku mulai dari lahir ke-dunia sampai
saat ini.Begitu banyak cerita sukma dalam perjalananku selama ini,kali ini aku
akan bercerita tentang awal perjuangan ku bersama keluarga tercinta ketika Arif
mansyah masih dalam keadaan tubuh yang masih merah.
Suatu kebahagian yang tak terhingga
di rasakan oleh kedua orang tua ku melihat anak pertamanya yang ganteng
tersenyum indah ketika melihat ayah dan ibu yang saling mendekati diriku dan
menciumi pipiku sampai aku tertawa kecil.Sebagai seorang yang baru lahir
ke-dunia ini,aku tidak mengetahui bagaiman pengorbanan kedua orang tua ku dalam
merawatku mulai dari beli susu untuk gizi sang pangeran kecilnya ini,beli baju
agar aku tidak kedinginan saat di malam hari,bahkan membelikan mainan yang
sangat menarik agar aku tidak mengganggu saat ibu atau ayah bekerja dan
menghadapi masalah tempat aku di teduhkan dari hujan dan panas matahari.
Saat usia ku sudah menanjak 20
hari,ayah dan ibu mendapatkan tarbiyah hidup untuk membesarkan ku,Karena ayah dan ibu belum
memiliki rumah maka kedua orang tua ku masih tinggal di rumah tempat resepsi
pernikahan 2 tahun sebelum aku lahir.Waktu itu ayah baru pulang kerja dari
pekanbaru langsung menghampiriku yang sedang bermesraan dengan ibu ku diatas
tempat tidurku.
“Haaaa,Ayah
pulang nak,gimana kabarmu sayang ? ayah baru pulang bawa uang ini buat beli
susu dan gizi untukmu nak “ Ujar ayah ku
Lalu
ibuku menjawab” Alhamdulillah anak kita sehat da,dan perkembanganya semakin
hari baik da!!! “
Disaat
sedang bahagianya kedua orang tua ku melihat kelakuan ku yang menggemaskan,lalu
dari kamar sebelah terdengar lah percakapan yang membuat suasana seketika
buram.Percakapan itu terdengar nyaring di telinga kedua orang tua ku.
“
Kita dulu kalau udah menikah dan punya anak biasanya udah punya rumah sendiri” ujarnya.
Ayah
dan ibu seketika terdiam sambil mengusap kepalaku yang masih lunak dan belum di
tumbuhi rambut.Tak disangka wajah mungil sudah basah oleh air mata kedua orang
tua ku.Sambil menangis ibuku berdoa kepada Allah SWT agar aku menjadi anak yang
berguna bagi agama,nusa,dan bangsa di masa nan akan datang.Lalu ayah ku
menghapus air mata ibu di wajah
ku.Setelah mendengar percakapan itu,ayah dan ibu memberanikan diri untuk
mencari rumah kontrakan untuk hidup mandiri walaupun uang tidak mencukupi yang
mengharuskan orang tua ku mencari pinjaman kesana – kemari.Dengan perasaan yang
berkecimuk ayah pergi ke Durian Ajuang untuak mencari rumah kontrakan dan ibu
terus menangis di kamar sambil memeluk dan mengusap wajahku,sedangkan aku hanya
diam yang gak tau dan mengerti apa yang dirasakan kedua orang tua ku.Sudah berapa lama Ayah mencari rumah tersebut,namun
tidak membuahkan hasil dan ayah memutuskan untuk balik pulang ke rumah.Setelah
sampai di rumah,ayah langsung menceritakan kepada ibu bahwasanya tidak ada
rumah yang di kontrakan.Saat itu juga ibu pergi keluar untuk menemui umi dan
menceritakannya kepada umi tentang masalah itu,akhirnya umi menyuruh ibu untuk tinggal di rumahnya karena
ada kamar 1 yang kosong,dengan semangatnya ibu pergi ke rumah untuk menjemput
ayah dan aku ke rumah dan membawa pakaian dari rumah tersebut untuk hidup
menumpang saat usia baru 20 hari di dunia ini.Saat itu aku hidup menumpang di
rumah umi.
Itulah awal dari perjuanganku ketika
lahir kedunia ini yang penuh dengan cucuran air mata dari orang tua ku.Aku akan
berusaha untuk membuat ayah,ibu,dan kelurga ku tersenyum dengan cara ku sendiri
untuk membahagiakan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar