“Ada yang mau
aku omongin sama kamu” sambil duduk dan menatap
wajah wanita didepannya.
“ kamu mau
ngomong apa kayak serius banget ? “ menyusul duduk disampingnya
“ ada hal
aneh gak ? atau kamu ngerasa bosan gak ?” dengan nada sedikit keraguan si cowok terus ingin melanjutkan percakapan.
“ kamu kok
tiba-tiba aneh si dan kamu kok tanya nya gitu ?” si cewek mulai bingung dengan
tingkah si cowok dengan segala pertanyaan yang seakan ada petir didalam hatinya
*Apa yang sebenerrya
mau dia omongin si ? kenapa tiba-tiba
ada perasaan sedih dan takut*
batinnya yang tak terdengar ditelinga dan tak sampai menyentuh batin
sicowok.
“ aku .... “
kata-katanya
mulai terbata-bata seolah olah tak mampu harus mengatakan kata pedih dan menyesakkan batin itu
“ aku tau
kegundahan yang kamu rasakan , aku tahu apa yang yang ingin kamu katakan “. Bak seorang peramal sicewek dengan tepat membidik
jawaban itu .
“ bukan alasan
tak cinta atau bahkan ada cewek lain
yang singgah dihatiku “ seolah takut melukai hatinya sicowok pun dengan
kata-kata lirih membuat pembelaan.
Tak mampu
menahan tangis, air mata itu memaksa jatuh dipipi putihnya, sambil menahan
perih yang bak hati yang teriris pilu.
“ sayang ,sungguh bukan maksud ku melukai hatimu atau
bahkan membuat mu menangis seperti ini, aku
sungguh menyanyangimu dan mencintaimu “
“ tapi ...”
sambung sicewek seolah dia tau ada makna dibalik kata sayang dan cinta
*Tuhan
apa aku mampu mengatakan kata-kata perih yang sungguh
melukai batin kami*
seolah berpikir ulang apakah ia akan meneruskan kata-katanya
atau akan menghentikan dan menggantung begitu saja.
“ jawab ardi jangan hanya diam
saja “ perkataan si cewek yang yang seolah membuyarkan lamunan bening
ardi.
***
Lamat-lamat terdengar suara yang tak terlalu
jelas ditelinga mata ngantuk dan lelah yang menyelimuti membuat mata enggan
melihat alam sekitar.
“ ayo bangun,
ayo pada bangun cepet ayo “ suara cewek seorang PJ kamar
Seolah tak mengerti keadaan, kenapa
selarut ini harus membangunkan orang yang asyik dengan mimpi-mimpinya
Dengan mata yang
masih enggan terbuka, dan udara dingin
yang menusuk tulang, kami harus keluar dan berkumpul didepan masjid. Sedikit arahan kami disuruh masuk kedalam masjid. Dengan
dengunangan dzikir yang tak henti-henti seolah mulut kami tak boleh berhenti
melantunkan ucapakan istighfar penebus dosa. Satu persatu diantara kami di panggil entah apa yang akan
dilakukan atau apa yang harus kami lakukan seolah tak terlintas dipikiran ku
karena aku tak bisa berfikir dengan rasa ngantuk ini.
“ dek, ikut saya
“ suara itu membangunkan ku dari tidur nyaman ku beberapa detik yang lalu
“Kemana kak “ tanya ku
Tanpa jawaban hanya dengan isyarat untuk mengikutinya, tanpa
kurang rasa hormat aku mengikutinya keluar masjid.
Dua orang bak
malaikat maut dengan wajh yang serem memberikan instruksi untuk membasuh
wajahku dengan air bunga yang wangi, orang menyebutnya dengan kemenyan, hanya pesan
singkat sebagai salam pembuka
“ dek kamu jalan
terus ikuti lilin dan jangan menengok kebelakang “
Hanya berbekal
keberanian dan nekat aku
berjalan dan berjalan tanpa kuhiraukan apa yang akan terjadi padaku, aku hanya
berdoa semoga baik-baik saja .
***
Entah dimana kita ini, dikumpulkan dengan berbagai
macam suara, dengan mata tertutup sleyer dan tangan saling menggenggam satu sama lain kami
dibaiat hinga resmilah kami masuk dan sah menjadi anggota pergerakan.
Bukan komunitas,
bukan kelompok, bukan ikatan,
tapi pergerakan bergerak sebagai mahasiswa yang selalu digembar-gemborkan
dengan agent of change yang sampai sekarang entah kemana agent of change ini. Mahasiswa bukan siswa bukan anak kecil tak tau
apa-apa dan tunduk pada otoritas yang membungkam mulut mahasiswa. Saatnya
bangkit dengan perubahan-perubahan tak hanya ramai diperbincangkan tanpa bukti
nyata. Setidaknya itu kata-kata keren yang kukutip.
Cium bendera dan
tanda tangan banner cukup sudah ritual pembaitan ini, kami berasa lepas dari DJ
yang harus kami apeli setiap pagi dan dengan
kata-kata bising yang disertai sumpah serapah membuat kuping kami panas.
Kemas-kemas dan
pulang serta kasur hangat yang sudah menunggu di petak kamar kos. Jemputan
sudah datang mari pulang
***
Rayon Humaniora Park, markas dengan para pembesar-pembesarnya
Ini kumpul perdana kami, isinya
perkenalan dan sharing seasion
“Perkenalkan
saya Ardi ardiantoro, Prodi Ikom asal
Bandung “
Suara salah satu anggota senopati yang
kece ini, kemudian tiba giliran ku memperkenalkan diri
“ saya Vina Vania Prodi Psikologi asal Malang
“
Selesai
perkenalan kami dengan kritis dan belajar kritis mengomentari dan berdiskusi
menegenai apa saja yang menjadi keganjalan di benak dan pikiran kami. Begitu kucinta
Rayon kecil yang tak bersih ini, keluarga baru yang pas untuk ku.
“ kamu vani dari
malang ya” tanya seorang cowok yang duduk disebelahku
“Iya vani bisa
vina bisa “ jawabku dengan ramah
“Sahabat2 tolong
diisi ya nomor telepon kalian buat bikin grup senopati” ucap salah seorang
sahabat yang membatasi perkenalan kami.
***
Deklarasi sudah, makrab sudah, menjadikan
hubungan antar anggota senopati saling akrab dan mengenal begitupun dengan ku
dan ardi
Dia cowok yang
baik dan perhatian padaku, banyak
kisah kami dan kebersamaan kami yang tak mudah dilupakan, karena dia prodi ikom
tak jarang dia sering mengajakku hunting berita untuk tugas kompasiananya,
meski aku anak psikologi yang disbukkan dengan makul biopsikologi . anak ikom
pun banyak mengeluh tugas wajib kompasiannya yang harus tembus 400 poin. Alasan
itulah yang membuat ku semakin sering bersama ardi, bahkan mahkluk rayon pun
sudah mencuigai gerak-gerik kami bahkan tak jarang mereka bilang kami terlibat
cinta lokai. Aku pun terus saja menyangkal dan mengatakan kami hanya sekedar
teman baik dan sahabat organisasi
Tapi tak kusangkal bahwa aku
memiliki segenggam harapan untuk celah hatiku
***
Dua bulan kisah pertemanan kami berujung
pada pernyataan cinta ardi padaku
Ditaman yang cukup indah dan dipenuhi bunga dia
mengajak ku untuk duduk di kursi taman yang indah, tampat wajah grogi yang
sejak tadi juga kurasakan
“ vin, ada yang
ingin kukatakan padamu “ awal pembiacaraan membuka keheningan yang sudah sejak
tadi
“ kamu mau
bilang apa di ?” tanyaku balik
“ aku... aku
sayang padamu, bukan sayang yang hanya sekedar teman dan sahabat, sayang yang
ingin kumiliki dirimu”.
Pernyataan ardi
yang kuinginkan selama ini rasanya ingin meloncat kegirangan dan ingin kuteriak
kekencang-kencangnya, memang ini yang kumau dari ardi pernyataan cinta, ya status baru buat kami ketika kujawab iya
“ iya di, aku
juga sayang sama kamu “ jawaban yang sama-sama diinginkan dari kedua belah
pihak
***
Dua minggu sudah
kami jadi sepasang kekasih, hampir semua orang rayon dan teman-teman kami tau, kami jadi sering
kemana-mana berdua, kegiatan yang ada
ardi akupun ada dan aku selalu asyik dengan ardi hingga aku kadang jarang bergaul dengan teman-teman yang
lain.
Duniaku terlalu
asyik dan hanya dipenuhi ardi seakan aku tak bisa tanpa ardi hingga kulupa apa arti pergerakan yang
sungguh syarat makna. Rayon jadi tempat kedua ku bertemu dengan ardi karena
dikampus kami sering berbenturan jadwal kuliah yang membuat kami jarang bertemu
Hinga suatu
ketika kulihat ardi berboncengan dengan teman senopati membuat api cemburu yang tak kusangka akan jadi boomerang pada akhirnya.
“ ardi kamu tadi
pergi sama ani kemana ? kenapa kamu gak bilang sama aku ?”
Tanya ku ketika dirayon sore itu
“ aku hanya
pergi mengantarkan ani untuk membeli perlengkapan rayon “ jawabnya membela diri
“ aku gak suka
kamu boncengan sama cewek lain apalagi gak minta ijin aku “ bantahku dengan
nada kesal
“ udahlah aku
gak mau bahas kamu jangan terlalu over kaya gini, Cuma
masalah kecil juga “ jawab ardi dengan nada tak kalah kesal dan ngeloyor pergi begitu saja meninggalkan
vina.
***
Minggu ketiga
hubungan kami semakin memburuk hingga aku malas pergi kerayon, diskusi pun tak
pernah ku ikuti hingga muncul penyesalan ikut Pergerakan ini, karena satu
alasan yakni rasa cemburu dan kesalku pada ardi yang tak lekas peka. Hari-hariku
mulai kacau, pikiran-pikiran buruk mulai menghantuiku
“Apa yang dilakukan ardi ? selingkuhkah ? mesra-mesraan dengan cewek lain kah ?”
Tuhan sudah tak
tahan aku terus seperti ini sudah lelah aku tuhan , keluhku pada Tuhaan yang
selalu kuadui dengan masalah cinta yang seharusnya malu aku mengatakannya.
“ tuit-tuit”
nada hapeku tiba-tiba berbunyi
“ sayang, bisa
datang ke rayon, please J “ pesan dari ardi yang sudah 2 hari tak kasih kabar
padaku
Dengan malas aku siap-siap dan meluncur
ke rayon tanpa kubalas sms tersebut.
***
“ aku merasa
kita semakin jauh dan kadang bertengkar hanya rasa cemburu diantara kita, kita jadi
lupa apa yang kita inginkan dan tugas kita sebagai anak pergerakan. Kadang hanya
kerena masalah hati, kita gak mau pergi dirayon untuk diskusi atau followup materi.
Kita jadi manusia egois yang hanya ada aku dan kamu, kita lupa bahwa kita punya
keluarga yang harus kita hargai dan cintai keberadaanya, ada rasa cemburu yang
merusak pertemanan dengan yang lain. Aku yakin kamu juga pernah berfikir begitu,
aku sayang sama kamu tapi ternyata aku salah mengartikannya aku terlalu cepat
memutuskan untuk ingin memikimu.
Tanpa kusadar
aku banyak kehilangan moment berharga kita, kita terlalu baper dan terjebak dengan
cinta sesaat “. berhenti sejenak
“ iya aku juga
ngerasa begitu tapi tak biasakah kita perbaiki dan pertahanin hubungan kita ? aku
sayang sama kamu, aku gak ingin kehilngan kamu “. Dengan
sedikit kecewa vina mengatakan dengan sedikit terbata-bata.
“ kita akan
tetap seperti ini jika kita melanjutkan hubungan kita, kita tak cukup dewasa untuk
membagi waktu kita, organisasi, kuliah dan cinta, tanpa pacaran kita tetap bisa
bersahabat dan berteman baik .” ardi tetap teguh untuk berpisah dalam tanda kutip “
pacaran “
“ iya tapi kamu
tau rasanya harus meninggalkan orang
yang kita cinta ?” sahut vina yang masih ingin bertahan
“ ingatkah 2
bulan pertemanan kita yang tak pernah ada cemburu dan sakit hati, kita main, diskusi tanpa
ada beban cemburu aku dengan siapa dan kamu dengan siapa , marilah kita bangun
persahabatan kita lagi, bukan hal yang salah
jika kita punya pacar dalam organisasi tapi lebih baik tak pacaran dulu jika
kita belum bisa membagi semuanya “
“ iya ardi aku
mengerti “
“ putus hanya dalam pacaran kita tapi,
persahabatan kita tetaplah abadi, kita sama-sama berproses untuk jadi orang
yang berguna dan membanggakan bukan hanya berkutat pada rasa
sakit hati karena cemburu, jika jodoh aku akan mencintaimu sepenuh hati dan
bukan saat ini waktunya “
“ iya aku
mengerti “ hanya kata sederhana yang mampu
ku ucapkan karena ku tau apa yang diakatakan ardi itu sepenuhnya benar
aku hanya terlalu
terbawa perasaan dan ter;lalu cepat
memutuskan , tapi tak ada kata lain yang mampu ku ucapkan karena
hatiku terlalu perih.
--END--
Tidak ada komentar:
Posting Komentar