Krisis
pada dasarnya merupakan titik penentu atau momentum yang dapat mengarah pada
kehancuran atau kejayaan. Kejadian buruk dan krisis yang melanda dunia bisnis
dapat disebabkan dari beragam bentuk. Mulai dari bencana alam seperti
banjir, musibah teknologi seperti kebakaran dan kebocoran zat-zat berbahaya
sampai kepada karyawan yang mogok kerja. Begitupun yang terjadi dengan APTRINDO (Asosiasi Perusahaan
Truk Indonesia) yang merupakan asosiasi perusahaan yang tergabung di dalamnya
adalah para pengusaha truk. Perusahaan ini beroperasi dalam pengangkutan barang
baik impor maupun area jabodetabek (Jakarta, bogor, depok, tangerang, dan
bekasi) yang merupakan kawasan megapolitan Jakarta dan sekitarnya. Pada tahun
2004 kemarin, perusahaan ini mengalami krisis manajemen yang disebabkan oleh
banjir di DKI Jakarta. Truk yang semestinya beroperasi saat itu terpaksa
terjebak di tengah banjir dan tidak mencapai lokasi pergudangan pelanggan.
Sementara jumlah minimum truk yang peroperasi beban biayanya adalah Rp.1,2 juta
perhari. Sehingga perusahaan ini terancam mengalami kerugian sebesar Rp. 6
Triliun.
B. Program Dalam Mangatasi Krisis Dengan Memanfaatkan Media
Di era
informasi seperti sekarang ini semua aspek kehidupan tidak dapat dilepaskan
dari media. Ketergantungan akan media sudah menjadi bagian dari kebutuhan hidup
manusia, karena media merupakan sumber dan pengolah informasi yang dibutuhkan
masyarakat. Dalam konteks informasi yang berkaitan dengan krisis, tentu saja
intensitas perhatian orang akan meningkat dan akan selalu mengikuti informasi
perkembangannya. Dalam hal ini, media akan menjadi satu-satunya sumber
informasi untuk mengumpulkan, mengolah dan bahkan menafsirkan informasi. Karena
sebagai satu-satunya sumber, media bebas mengarahkan kemana informasi ini ingin
dibentuk apakah untuk membangun solidaritas, simpati, membangun kesadaran
bersama (being together),
atau mereduksi ketidaktentuan (uncertainity)
dan ketakutan (fear)
masyarakat. Tentu saja hal itu tergantung pada jenis dan macam krisis yang
terjadi. Namun yang jelas bahwa informasi yang berkaitan dengan krisis media
mempunyai peran yang sangat besar dalam membentuk opini dan simpati publik.
Media dapat
digunakan oleh Aptrindo sebagai alat untuk membangun solidaritas, simpati,
mereduksi ketidaktentuan dan ketakutan pada masyarakat yang akan di uraikan
sebagai berikut :
1.
Membangun
solidaritas dengan masyarakat
Dalam hal ini
media yang kita ambil misalnya adalah media social seperti instagram,twitter atau
facebook karena Berita kadang-kadang bisa lebih cepat diedarkan oleh media
sosial dari pada oleh media berita tradisional maka media yang paling cocok
untuk krisis yang di hadapi oleh Aptrindo adalah media social, namun alangkah
baiknya jika menggunakan perpaduan antara media social dan media massa.
Contohnya di media sosial adalah memosting gambar foto kesulitan para supir –
supir truk dalam mengantar barang ke pergudangan pelanggan dan juga menggunakan
media massa seperti televisi atau radio dalam hal pemberitaan agar para
pelanggan tahu dan tidak bertanya – Tanya mengapa barang pesanannya belum tiba
juga.
2.
Simpati
Adalah suatu proses dimana seseorang merasa tertarik terhadap pihak
lain, sehingga mampu merasakan apa yang dialami, dilakukan dan diderita orang
lain. Dalam simpati, perasaan
memegang peranan penting. Simpati
akan berlangsung apabila terdapat pengertian
pada kedua belah pihak. Setelah memosting bagaimana kesulitan yang dihadapi
para supir truk Aptrindo, para pelanggan akan merasa bersimpati pada para supir
truk tersebut, Sehingga Aprtrindo mendapatkan pengertian dari pelanggan dan tidak
membatalkan pengantaran. Karena ketika pengantaran di batalkan oleh pelanggan
maka Aptrindo akan mengalami kerugian besar. Dalam hal ini pengertian dari
pelanggan sangat di butuhkan, maka Aptrindo harus pintar untuk mendapatkan
perhatian tersebut.
3.
Mereduksi
ketidaktentuan
Melalaui media
massa atau media sosial, Aptrindo bisa menyampaikan kepada para pelanggan bahwa
pengantaran barang akan tetap di lakukan hanya saja agak sedikit terlambat
karena kendala banjir. Sehingga tidak menimbulkan ketidakpastian kepada
pelanggan.
4.
Ketakutan
masyarakat
Dengan adanya
krisis yang terjadi akibat banjir, pasti masyarakat / pelanggan takut bahwa
barang mereka tidak di antarakan. Selain itu mereka pasti berfikir jangan
sampai barang tersebut rusak karena banjir. Maka dari itu, Aptrindo melalui
media baik media massa maupun media social langsung menginformasikan kepada
mereka tentang kendala apa yang mereka alami. Melalui postingan-postingan
seperti yang di jelaskan pada point pertama tadi yaitu membangun solidaritas
maka pasti pelanggan akan mengerti dan bersimpati kepada Aptrindo. Selain semua
hal di atas, yang paling utama adalah permintaan maaf kepada semua pelanggan,
baik pelanggan baru maupun pelanggan tetap karena barang yang seharusnya telah
ditangan mereka namun agak terlambat untuk di antarkan.
Selain
pemanfaatan media di atas, Aptrindo dapat menggunakan strategi 3P dalam menghadapi
krisis yang bersifat jangka panjang sebagai berikut :
a. Strategi
pencegahan
Adalah
tindakan preventif melalui antisipasi terhadap situasi krisis. Dalam hal ini
Public Relations dituntut memiliki kepekaan terhadap gejala-gejala yang timbul
diawal sebelum krisis terjadi, dituntut untuk memiliki kemampuan berpikir
strategis dalam menganalisa dan sekaligus memposisikan masalah krisis agar
nantinya dapat dicegah secara dini. Hal ini bisa di lakukan dengan kegiatan CSR
(corporate social responsibility) misalnya membagikan bak – bak sampah kepada
masyarakat yang daerahnya sering terjadi banjir, karena banjir bisa di
akibatkan karena tersumbatnya selokan karena sampah yang di buang pada selokan
tersebut.
b. Strategi
persiapan
Bila krisis
tidak dapat dicegah sejak dini, maka diperlukan langkah-langkah sebagai berikut
:
1.
Membentuk
tim krisis, dan masing - masing harus selalu mengadakan komunikasi agar suasana
krisis dapat terpantau.
2.
Tim
krisis harus mendapatkan informasi yang jelas dan akurat tentang perkembangan
krisis, sehingga informasi yang diberikan kepada pers tidak menyimpang dengan
situasi yang sebenarnya.
3.
Yang
selanjutnya adalah seperti program CSR juga. Selain PR Aptrindo juga bisa
membentuk tim – tim khusus untuk turun ke masyarakat dalam mensosialisasikan
pentingnya penanaman pohon yang berdaya serap air yang cepat, hal ini berguna
untuk mengatasi banjir karena hujan deras. Alangkah baiknya jika tim tersebut
ikut turun langsung dalam proses penanaman.
c. Strategi
penanggulangan
Yaitu apabila
strategi pencegahan dan persiapan tidak sempat dilaksanakan, langkah terakhir
yang diambil adalah strategi penaggulangan yaitu masa kuratif. Yaitu ketika
krisis terjadi sebelum menyebar dan berkembang ke sektor lain. Selain itu agar
operasional organisasi tidak terganggu dan berjalan efektif. Dengan
mengevaluasi krisis yang terjadi bertujuan untuk melihat sejauh mana
perkembangan krisis, serta untuk mengetahui dimana kelemahan dan kelebihan
dalam pelaksanaan program manajemen krisis. Tindakan ini dilakukan jika krisis
telah benar-benar terjadi dan tidak sempat atau dapat mencegahnya. Strategi
penaggulangan tersebut mencakup dua hal :
v
Kondisi
Krisis Akut
Penanggulangan
yang dilakukan dalam kondisi ini meliputi :
·
Identifikasi
krisis
Ini merupakan langkah awal dan pertama
yang harus dilakukan oleh suatu lembaga untuk menentukan jenis krisis, bentuk
krisis dan penyebab krisis. Sebab hal ini akan menentukan scenario yang akan
diambil.
·
Isolasi
krisis
Langkah ini dilakukan selain agar krisis
tidak menyebar ke sector lain juga agar kegiatan operasional tidak terganggu
dan efektifitas penanggulangan dapat ditingkatkan serta kosentrasi Public
relations tidak terpecah.
·
Pengendalian
Krisis
Pengendalian sangat berkaitan erat dengan
identifikasi krisis. Umumnya setelah krisis berhasil diidentifikasi
penanggulangan dapat dilaksanakan yang berarti krisis berhasil dikendalikan.
v
Kondisi
Kesembuhan
Kondisi ini
merupakan saat dimana suatu lembaga mengintropeksi dan melakukan evaluasi
mengapa krisis bisa terjadi. Ketika dinyatakan sembuh dari krisis dan bisa
beroperasi kembali seperti sediakala, maka untuk mengembalikan nama baik dan
citra akan menjadi tugas public relations.
Disamping itu
masih ada tugas yang penting bagi manajemen (melalui public relationsnya) yaitu
mengevaluasi setiap langkah yang diambil dalam melaksanakan program manajemen
krisis. Evalusi ini dilakukan untuk mengetahui dimana kelemahan dan kelebihan
dalam melaksanakan program manajemen krisis.
C. Kaitan Antara Teori Manajemen Krisis Dengan Krisis Pada Aptrindo
Manajemen
krisis
adalah proses yang membahas organisasi dengan sebuah peristiwa besar yang
mengancam merugikan organisasi, stakeholders,
atau masyarakat umum. Teori manajemen krisis umumnya didasarkan atas bagaimana
menghadapi krisis (crisis bargaining and negotiation), membuat
keputusan di saat krisis (crisis decision making), dan memantau
perkembangan krisis (crisis dynamics). manajemen krisis berurusan dengan
ancaman yang telah terjadi. Sehingga manajemen krisis dalam pengertian yang
lebih luas merupakan sebuah keterampilan teknis yang dibutuhkan untuk
mengidentifikasi, menilai, memahami, dan mengatasi situasi yang serius,
terutama dari saat pertama kali terjadi sampai ke titik pemulihan kembali. Jadi
esensi manajemen krisis adalah upaya untuk menekan faktor ketidakpastian dan
faktor risiko hingga tingkat serendah mungkin, dengan demikian akan lebih mampu
menampilkan sebanyak mungkin faktor kepastiannya.
Melihat dari pengertian manajemen krisis
di atas, hal ini berkaitan dengan perusahaan Aptrindo yang mengalami manajemen
krisis karena bencana alam yang di kuatkan dengan pernyataan Wakil Ketua II
Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Sugi Purnoto yang mengatakan bahwa
mereka mengalami kerugian hingga Rp. 6 triliun. Kerugian tersebut didapatkan
dengan asumsi beban biaya operasional yang dikeluarkan untuk satu truk Rp. 1,2
juta per hari, sementara jumlah minimum truk yang beroperasi di DKI Jakarta dan
sekitarnya mencapai 5.000 unit per hari. Disini Aptrindo mengalami manajemen
krisis karena perencanaan yang telah diolah atau diatur oleh pihak perusaaan
tidak berjalan sesuai kehendak atau rencana. Banjir yang melanda DKI Jakarta
dan sekitarnya mengancam kerugian besar terhadap Aptrindo baik dalam maupun luar
perusahaan atau stakeholdernya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar