Senin, 02 April 2018

Krisis Yang Melanda Pada Aptrindo (Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia)

Krisis Yang Melanda Pada Aptrindo (Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia)
Krisis pada dasarnya merupakan titik penentu atau momentum yang dapat mengarah pada kehancuran atau kejayaan. Kejadian buruk dan krisis yang melanda dunia bisnis dapat disebabkan dari beragam bentuk.  Mulai dari bencana alam seperti banjir, musibah teknologi seperti kebakaran dan kebocoran zat-zat berbahaya sampai kepada  karyawan yang mogok kerja. Begitupun yang terjadi dengan APTRINDO (Asosiasi Perusahaan Truk Indonesia) yang merupakan asosiasi perusahaan yang tergabung di dalamnya adalah para pengusaha truk. Perusahaan ini beroperasi dalam pengangkutan barang baik impor maupun area jabodetabek (Jakarta, bogor, depok, tangerang, dan bekasi) yang merupakan kawasan megapolitan Jakarta dan sekitarnya. Pada tahun 2004 kemarin, perusahaan ini mengalami krisis manajemen yang disebabkan oleh banjir di DKI Jakarta. Truk yang semestinya beroperasi saat itu terpaksa terjebak di tengah banjir dan tidak mencapai lokasi pergudangan pelanggan. Sementara jumlah minimum truk yang peroperasi beban biayanya adalah Rp.1,2 juta perhari. Sehingga perusahaan ini terancam mengalami kerugian sebesar Rp. 6 Triliun.
B.   Program Dalam Mangatasi  Krisis Dengan Memanfaatkan Media
Di era informasi seperti sekarang ini semua aspek kehidupan tidak dapat dilepaskan dari media. Ketergantungan akan media sudah menjadi bagian dari kebutuhan hidup manusia, karena media merupakan sumber dan pengolah informasi yang dibutuhkan masyarakat. Dalam konteks informasi yang berkaitan dengan krisis, tentu saja intensitas perhatian orang akan meningkat dan akan selalu mengikuti informasi perkembangannya. Dalam hal ini, media akan menjadi satu-satunya sumber informasi untuk mengumpulkan, mengolah dan bahkan menafsirkan informasi. Karena sebagai satu-satunya sumber, media bebas mengarahkan kemana informasi ini ingin dibentuk apakah untuk membangun solidaritas, simpati, membangun kesadaran bersama (being together), atau mereduksi ketidaktentuan (uncertainity) dan ketakutan (fear) masyarakat. Tentu saja hal itu tergantung pada jenis dan macam krisis yang terjadi. Namun yang jelas bahwa informasi yang berkaitan dengan krisis media mempunyai peran yang sangat besar dalam membentuk opini dan simpati publik.
Media dapat digunakan oleh Aptrindo sebagai alat untuk membangun solidaritas, simpati, mereduksi ketidaktentuan dan ketakutan pada masyarakat yang akan di uraikan sebagai berikut :
1.    Membangun solidaritas dengan masyarakat
Dalam hal ini media yang kita ambil misalnya adalah media social seperti instagram,twitter atau facebook karena Berita kadang-kadang bisa lebih cepat diedarkan oleh media sosial dari pada oleh media berita tradisional maka media yang paling cocok untuk krisis yang di hadapi oleh Aptrindo adalah media social, namun alangkah baiknya jika menggunakan perpaduan antara media social dan media massa. Contohnya di media sosial adalah memosting gambar foto kesulitan para supir – supir truk dalam mengantar barang ke pergudangan pelanggan dan juga menggunakan media massa seperti televisi atau radio dalam hal pemberitaan agar para pelanggan tahu dan tidak bertanya – Tanya mengapa barang pesanannya belum tiba juga.
2.    Simpati
Adalah suatu proses dimana seseorang merasa tertarik terhadap pihak lain, sehingga mampu merasakan apa yang dialami, dilakukan dan diderita orang lain. Dalam simpati, perasaan memegang peranan penting. Simpati akan berlangsung apabila terdapat pengertian pada kedua belah pihak. Setelah memosting bagaimana kesulitan yang dihadapi para supir truk Aptrindo, para pelanggan akan merasa bersimpati pada para supir truk tersebut, Sehingga Aprtrindo mendapatkan pengertian dari pelanggan dan tidak membatalkan pengantaran. Karena ketika pengantaran di batalkan oleh pelanggan maka Aptrindo akan mengalami kerugian besar. Dalam hal ini pengertian dari pelanggan sangat di butuhkan, maka Aptrindo harus pintar untuk mendapatkan perhatian tersebut.
3.    Mereduksi ketidaktentuan
Melalaui media massa atau media sosial, Aptrindo bisa menyampaikan kepada para pelanggan bahwa pengantaran barang akan tetap di lakukan hanya saja agak sedikit terlambat karena kendala banjir. Sehingga tidak menimbulkan ketidakpastian kepada pelanggan.
4.    Ketakutan masyarakat
Dengan adanya krisis yang terjadi akibat banjir, pasti masyarakat / pelanggan takut bahwa barang mereka tidak di antarakan. Selain itu mereka pasti berfikir jangan sampai barang tersebut rusak karena banjir. Maka dari itu, Aptrindo melalui media baik media massa maupun media social langsung menginformasikan kepada mereka tentang kendala apa yang mereka alami. Melalui postingan-postingan seperti yang di jelaskan pada point pertama tadi yaitu membangun solidaritas maka pasti pelanggan akan mengerti dan bersimpati kepada Aptrindo. Selain semua hal di atas, yang paling utama adalah permintaan maaf kepada semua pelanggan, baik pelanggan baru maupun pelanggan tetap karena barang yang seharusnya telah ditangan mereka namun agak terlambat untuk di antarkan.
Selain pemanfaatan media di atas, Aptrindo dapat menggunakan strategi 3P dalam menghadapi krisis yang bersifat jangka panjang sebagai berikut :
a.    Strategi pencegahan
Adalah tindakan preventif melalui antisipasi terhadap situasi krisis. Dalam hal ini Public Relations dituntut memiliki kepekaan terhadap gejala-gejala yang timbul diawal sebelum krisis terjadi, dituntut untuk memiliki kemampuan berpikir strategis dalam menganalisa dan sekaligus memposisikan masalah krisis agar nantinya dapat dicegah secara dini. Hal ini bisa di lakukan dengan kegiatan CSR (corporate social responsibility) misalnya membagikan bak – bak sampah kepada masyarakat yang daerahnya sering terjadi banjir, karena banjir bisa di akibatkan karena tersumbatnya selokan karena sampah yang di buang pada selokan tersebut.
b.    Strategi persiapan
Bila krisis tidak dapat dicegah sejak dini, maka diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :
1.    Membentuk tim krisis, dan masing - masing harus selalu mengadakan komunikasi agar suasana krisis dapat terpantau.
2.    Tim krisis harus mendapatkan informasi yang jelas dan akurat tentang perkembangan krisis, sehingga informasi yang diberikan kepada pers tidak menyimpang dengan situasi yang sebenarnya.
3.    Yang selanjutnya adalah seperti program CSR juga. Selain PR Aptrindo juga bisa membentuk tim – tim khusus untuk turun ke masyarakat dalam mensosialisasikan pentingnya penanaman pohon yang berdaya serap air yang cepat, hal ini berguna untuk mengatasi banjir karena hujan deras. Alangkah baiknya jika tim tersebut ikut turun langsung dalam proses penanaman.
c.    Strategi penanggulangan
Yaitu apabila strategi pencegahan dan persiapan tidak sempat dilaksanakan, langkah terakhir yang diambil adalah strategi penaggulangan yaitu masa kuratif. Yaitu ketika krisis terjadi sebelum menyebar dan berkembang ke sektor lain. Selain itu agar operasional organisasi tidak terganggu dan berjalan efektif. Dengan mengevaluasi krisis yang terjadi bertujuan untuk melihat sejauh mana perkembangan krisis, serta untuk mengetahui dimana kelemahan dan kelebihan dalam pelaksanaan program manajemen krisis. Tindakan ini dilakukan jika krisis telah benar-benar terjadi dan tidak sempat atau dapat mencegahnya. Strategi penaggulangan tersebut mencakup dua hal :
v  Kondisi Krisis Akut
Penanggulangan yang dilakukan dalam kondisi ini meliputi :
·         Identifikasi krisis
      Ini merupakan langkah awal dan pertama yang harus dilakukan oleh suatu lembaga untuk menentukan jenis krisis, bentuk krisis dan penyebab krisis. Sebab hal ini akan menentukan scenario yang akan diambil.
·         Isolasi krisis
      Langkah ini dilakukan selain agar krisis tidak menyebar ke sector lain juga agar kegiatan operasional tidak terganggu dan efektifitas penanggulangan dapat ditingkatkan serta kosentrasi Public relations tidak terpecah.
·         Pengendalian Krisis
      Pengendalian sangat berkaitan erat dengan identifikasi krisis. Umumnya setelah krisis berhasil diidentifikasi penanggulangan dapat dilaksanakan yang berarti krisis berhasil dikendalikan.
v  Kondisi Kesembuhan
Kondisi ini merupakan saat dimana suatu lembaga mengintropeksi dan melakukan evaluasi mengapa krisis bisa terjadi. Ketika dinyatakan sembuh dari krisis dan bisa beroperasi kembali seperti sediakala, maka untuk mengembalikan nama baik dan citra akan menjadi tugas public relations.
Disamping itu masih ada tugas yang penting bagi manajemen (melalui public relationsnya) yaitu mengevaluasi setiap langkah yang diambil dalam melaksanakan program manajemen krisis. Evalusi ini dilakukan untuk mengetahui dimana kelemahan dan kelebihan dalam melaksanakan program manajemen krisis.
C.   Kaitan Antara Teori Manajemen Krisis Dengan Krisis Pada Aptrindo
Manajemen krisis adalah proses yang membahas organisasi dengan sebuah peristiwa besar yang mengancam merugikan organisasi, stakeholders, atau masyarakat umum. Teori manajemen krisis umumnya didasarkan atas bagaimana menghadapi krisis (crisis bargaining and negotiation), membuat keputusan di saat krisis (crisis decision making), dan memantau perkembangan krisis (crisis dynamics). manajemen krisis berurusan dengan ancaman yang telah terjadi. Sehingga manajemen krisis dalam pengertian yang lebih luas merupakan sebuah keterampilan teknis yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi, menilai, memahami, dan mengatasi situasi yang serius, terutama dari saat pertama kali terjadi sampai ke titik pemulihan kembali. Jadi esensi manajemen krisis adalah upaya untuk menekan faktor ketidakpastian dan faktor risiko hingga tingkat serendah mungkin, dengan demikian akan lebih mampu menampilkan sebanyak mungkin faktor kepastiannya.
Melihat dari pengertian manajemen krisis di atas, hal ini berkaitan dengan perusahaan Aptrindo yang mengalami manajemen krisis karena bencana alam yang di kuatkan dengan pernyataan Wakil Ketua II Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Sugi Purnoto yang mengatakan bahwa mereka mengalami kerugian hingga Rp. 6 triliun. Kerugian tersebut didapatkan dengan asumsi beban biaya operasional yang dikeluarkan untuk satu truk Rp. 1,2 juta per hari, sementara jumlah minimum truk yang beroperasi di DKI Jakarta dan sekitarnya mencapai 5.000 unit per hari. Disini Aptrindo mengalami manajemen krisis karena perencanaan yang telah diolah atau diatur oleh pihak perusaaan tidak berjalan sesuai kehendak atau rencana. Banjir yang melanda DKI Jakarta dan sekitarnya mengancam kerugian besar terhadap Aptrindo baik dalam maupun luar perusahaan atau stakeholdernya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar